Minggu, 22 November 2009

Pagi


Azan subuh berkumandang, aku dapat mendengarnya sayup-sayup karena rumahku jauh dari Masjid, namun tak mengurangi indahnya azan yang dikumandangkan.
Kelangkahkan kaki menuju pancuran yang berada di sebelah kamar mandi untuk mengambil wudhu, begitu dingin namun nikmat, kesejukan yang tak pernah ku dapatkan saat matahari mulai muncul.
Selesai menunaikan sholat subuh, ku buka pintu agar segarnya udara pagi memenuhi seisi rumah yang sederhana ini, aku keluar ke teras rumah, ku hirup dalam-dalam kesegaran dan kesejukannya.
Ku lihat beberapa orang baru pulang dari masjid setelah menunaikan sholat subuh. Sesaat kemudian ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk, segera ku buka dan ku baca perlahan, sambil duduk di kursi teras depan rumahku. Belum selesai ku baca, pesan kembali masuk, tak ku indahkan sejenak, tapi ternyata dari orang yang sama yaitu sahabatku yang sedang menuntut ilmu di daerah Jawa Timur. Aku dan ia tetap saling menghubungi satu sama lain walaupun jarak memisahkan, karena ikatan ukhuwah yang tertanam sejak duduk di bangku SMP sangat kuat. Reuni demi reuni semakin mengikatkan tali silaturahmi di antara kami.
Ku baca pesan pertama,  

Suatu organ yang tak konsekuen telah rapuh. Dikikis habis oleh tajamnya sebuah kisah. Terhenyak dan mataku terbelalak. Detak jantung berpacu melebihi batas waktu. Aku berharap tapi tak dijawab. Ketika aku mulai membuka, tapi dy tak menyapa. Aku sadar kalau aku tak mempunyai warna. Sedangkan dia mempunyai pelangi yang begitu mempesona.

Aku terpaku, dengan melanjutkan membaca pesan keduanya,

Dy melihatku seperti purnama dimalam hari. Hanya datang sesekali dan tak akan pernah menyatu dengan pelangi. Dy jauh tapi selalu bertemu, dy dekat tapi tak pernah melekat. Syaqiqotu nafsi yang lama dinanti, mendekat dan hampir melekat sampai pada akhirnya melesat dengan cepat. Aku tersesat dalam keheningan, mencari arah dengan kompas tuhan (curahat hati seorang perantau)

Terhenyak dengan penuh tanda tanya, aku pun membalasnya,

??

Hanya balasan tanda tanya yang ku berikan. Karena aku benar-benar tak paham dengan pesannya tersebut. Ia pun membalasnya dengan tanda tanya juga. Aku semakin tak paham dibuatnya. Aku abaikan beberapa hari, hingga akhirnya aku menghubunginya, dan menanyakan hal yang biasa, 

Seminggu kemudian, ku mulai membuka email, ku tuliskan kata demi kata.

Pelangi dan purnama adalah wujud kesempurnaan yang diciptakan Sang Khalik, tak akan tertukar dan tak pernah salah, bahwa pelangi hadir saat matahari muncul dan purnama hadir pada malam hari sesaat setelah mega merah menyeruak. Itulah kisah hari yang indah, melihat matahari yang begitu indah dan memepsona pada siang hari, kemudian memandang purnama yang terang dan tenang di malam hari, begitu sempurna dengan lantunan bait-bait syair insan yang mencinta.
Kisahnya tak akan sia-sia dengan menghargai apa yang tertanam dalam diri dan yakin suatu hari akan menyatu dengan jalan-Nya.

Ku kirim ke emailnya dengan jantung berdegup kencang.
Aku tak mengatakan padanya bahwa aku mengirimnya email.
Ku berharap sangka baiklah yang akan ku terima, meskipun harapan itu ada dan tak akan hilang.
Ku shut down komputer, menunggu coment darinya saat ia membacanya nanti.

Melanjutkan hari-hari yang penuh warna dengan suasana hati yang asri.


0 komentar:

Posting Komentar