Kentucky, Bahan aktif acetaminophen yang terdapat dalam obat penghilang rasa sakit Tylenol tidak hanya ampuh mengurangi nyeri fisik tapi juga bisa menghilangkan perasaan tidak enak seperti saat patah hati.
Studi sebelumnya memang pernah menyebutkan bahwa rasa sakit fisik dan sakit hati saling berhubungan dalam satu rangkaian otak. Hal itu juga yang ditemukan oleh psikolog C. Nathan DeWall dari the University of Kentucky.
"Mekanisme munculnya sakit fisik dan emosi sebenarnya terjadi secara bersamaan di dalam otak. Oleh karena itu harusnya obat penghilang rasa nyeri fisik juga bisa digunakan untuk mengobati perasaan buruk seperti patah hati atau keadaan yang memicu rasa sedih lainnya," ujar Nathan seperti dikutip dari Thirdage, Rabu (30/12/2009).
Dalam eksperimen pertamanya, Nathan merekrut 62 orang untuk mengonsumsi 1.000 miligram acetaminophen dan juga obat plasebo setiap harinya. Setiap harinya partisipan juga diukur tingkat mood dan perasaannya menggunakan seperangkat alat pengukur rasa sakit psikologis.
Hasilnya, mereka yang mengonsumsi acetaminophen dilaporkan lebih rendah mengalami perasaan terluka dibanding mereka yang tidak mengonsumsi obat tersebut.
Eksperimen kedua dilakukan terhadap 25 orang dengan memberikan acetaminophen sebanyak 2.000 miligram per harinya. Setelah 3 minggu mengonsumsi obat itu, partisipan diminta melakukan permainan komputer untuk mengetahui efek obat acetaminophen jika mengalami kekalahan atau kekecewaan.
Sebuah alat scan otak functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) pun dipasang untuk mengetahui respons otak terhadap perasaan kalah, sedih atau kecewa.
Dan dari dua kali eksperimen yang dilakukan Nathan, terbukti bahwa seseorang yang mengonsumsi obat acetaminophen memiliki mood yang lebih baik dan lebih kuat ketika menerima kekalahan dalam permainan tersebut. "Jadi jika Anda sedang patah hati atau sedih, acetaminophen bisa membantu," kata Nathan.
Namun peneliti mengingatkan bahaya penggunaan acetaminophen dalam jangka waktu panjang, yaitu bisa merusak hati. Oleh karena itu penggunaan obat harus tetap di bawah petunjuk dokter. Studi ini dipublikasikan dalam Journal Psychological Science.(fah/ir)
Nurul Ulfah - detikHealth
Rabu, 30 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar