Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya yang dicurahkan bagi kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ‘Jenis-Jenis Karangan’.
Penulisan makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia yang dibimbing oleh bapak Yudhi Purwanto, selaku dosen bahasa Indonesia di kelas 3EB07.
Kelancaran penyusunan makalah ini tidak lepas dari budi baik orang-orang yang dengan sabar membimbing dan memotivasi baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu tiada kata yang dapat dipilih yang mampu mengungkapkan rasa terima kasih tiada terhingga kepada :
· Allah SWT.
· Para orang tua penyusun
· Bapak Yudhi Purwanto
· Teman-teman satu kelompok
· Teman-teman 3 EB 07
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Dengan kebesaran jiwa, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Sebagai penutup, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun yang berkepentingan dengan materi yang telah disusun ini, serta dapat menjadi sumbangsih ilmu yang berharga.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan terima kasih.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Batasan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
Bab II ISI
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Operasional atau cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada kata pekerjaan yang berubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat ; kemudian jadilah apa yang disebut sebagai karangan. Orang yang merangkai atau menyusun kata atau kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakanna dengan perangkai bunga. Belakangan muncul sebutan penulis karena karangan tertulis juga disebut tulisan.
Sebenarnya mengarang tidak anya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumna dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalna dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta-merta (impromtu) otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara sang pembicara itu sebetulnya ‘bekerja keras’ mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-mikirkan urut-urutan kata, pilihan kata, struktur kalimat ; bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif ; klimaks atau anti klimaks). Apa yang didengar atau ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan. Namun, karena tujuan penguraian dalam makalah ini terutama mengenai karangan tertulis, pembicaraan tentang karangan lisan tidak dilanjutkan. Uraian singkat tentang mengarang secara lisan itu tadi hanya dimaksudkan untuk membantu pemahaman akan arti kata mengarang.
1.2 Batasan Masalah
Pada penulisan makalah ini, kami akan memcoba membatasi masalah pada jenis-jenis karangan berdasarkan informasi ang didapat.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis karangan serta penjelasan dari jenis-jenis karang tersebut.
1.4 Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan, dan sistematika dari penulisan makalah, jenis-jenis karangan.
2. BAB II ISI
Berisi tentang pengertian karangan, jenis-jenis karangan menurut bobot isi, dan jenis-jenis karangan menurut penyajian dan penyampaiannya.
3. BAB 3 PENUTUP
Berisi kesimpulan dari pengetian karangan, jenis-jenis karangan menurut bobot isi, dan jenis-jenis karangan menurut penyajian dan penyampainnya.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Karangan
Menurut Lamuddin Finozza, karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
2.2 Penggolongan karangan menurut bobot isi
Penggolongan karang menurut bobot isinya, karangan dapat bagi menjadi tiga jenis yaitu, karangan ilmiah, semi ilmiah, dan nonilmiah.
a. Karangan ilmiah, adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintesis-analitis.
Menurut Niknik M. Kuntarto, adapun ciri-ciri karangan ilmiah yaitu,
· Sistematis
· Objektif
· Cermat, tepat dan benar
· Tidak persuasive
· Tidak argumentative
· Tidak emotif
· Tidak mengejar keuntungan sendiri
· Tidak melebih-lebihkan sesuatu
Menurut Lamuddin Finoza, terdapat tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Factual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek ang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga mengandung pengertian adana sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera perseorangan). Objektifitas tersebutlah yang membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan memlalui ekspreimen bahwa dengan kondidi dan metode ang sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah ang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahas aiulmiah harus baku, baik ejaan, pembentukan kata, maupun struktur kalimatnya. Selain itu bahasa ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Cirri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
Dalam hal ini, seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun Suriasumantri (1986:58) berpesan secara khusus kepada penulis sebagai berikut.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi ang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, tata bahasa ang tidak cermat merupakan logika ang tidak cermat pula. Oleh sebab itu, labgkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baiuk adalah menggunakan tata bahasa ang benar.
Bentuk karangan ilmiah dapat berupa laporan, makalah, usulan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Makalah adalah karangan ilmiah yang membahas suatu topic tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup perkuliahan, seminar, symposium, atau pertemuan ilmiah lainnya. Makalah terdiri atas judul karangan, abstrak, pendahuluan, pembahasan, simpulan dan daftar pustaka. Usulan penelitian atau proposal adalah usulan tentang suatu hal sebagai rencana kerja atau penelitian yang dituangkan dalam bentuk rancangan penelitian. Usulan penelitian memuat judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, metode penelitian, jadwal kegiatan, sistematika penulisan, dan daftar pustaka. Skripsi adalah pelatihan pembuatan karangan ilmiah yang berupa naskah teknis sebagai persyaratan bagi calon sarjana. Tesis adalah karangan ilmiah yang menitik beratkan pada metodologi penelitian dan metode penulisan. Disertasi adalah karangan ilmiah yang selain mementingkan metodologi penelitian dan penulisan juga harus menemukan paradigma baru tentang suatu ilmu.
b. Karangan semiilmiah atau ilmiah popular, menurut Lamuddin Finozza karang semi ilmiah atau ilmiah popular adalah tulisan yang berisi informasi factual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, namun tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sistesis-analitis karena sering ‘dibumbui’ dengan opini pengarang ang kadang-kadang subjektif.
Menurut Niknik M. Kuntarto karangan ilmiah popular adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Adapun cirri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu.
· Ditulis berdasarkan fakta pribadi
· Fakta ang disimpulkan subjektif
· Gaa bahasa formal dan popular
· Mementingkan diri penulis
· Melebih-lebihkan sesuatu
· Usulan-usulan bersifat argumentative, dan
· Bersifat persuasive
Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.
c. Karangan nonilmiah, menurut Niknik M. Kuntarto adalah karangan ang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Cirri-ciri karangan nonilmiah yaitu,
· Ditulis berdasarkan fakta pribadi
· Fakta yang disimpulkan subjektif
· Gaya bahasa konotatif dan popular
· Tidak memuat hipotesis
· Penyajian dibarengi dengan sejarah
· Bersifat imajinatif
· Situasi didramatisir
· Bersifat persuasive
Bentuk karangan nonilmiah yaitu, dongeng, cerpen, novel, roman, anekdot, hikayat, cerber, puisi, dan naskah drama.
PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH, NONILMIAH
Karakteristik | Karangan Ilmiah | Karangan Semi Ilmiah | Karangan Nonilmiah |
Sumber | Pengamatan, faktual | Pengamatan, faktual | Nonfaktual (rekaan) |
Sifat | Objektif | Objektif dan Subjektif | Subjektif |
Bobot | Ilmiah | Semiilmiah | Nonilmiah |
Alur | Sistematis, metodis | Sistematis, kronologis, kilas balik (flashback) | Bebas |
Bahasa | Denotatif, ragam baku, istilah khusus | (denotative dan konotatif) setengah resmi | Denotative / konotatif, setengah resmi / tidak resmi, istilah umum / daerah |
Bentuk | Argumentasi, campuran | Eksposisi, persuasi, deskripsi, campuran | Narasi, deskripsi, campuran |
2. Bahasa karangan ilmiah, semiilmiah/ilmiah popular, nonilmiah
“Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir” adalah slogan yang harus dipahami dan diterapkan oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa gagasan atau ide-ide kita akan tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat diperlukan ketika menulis.
Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraf, menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah.
Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan (reference matters).
Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan semi ilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan, seperti menggunakan aturan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.
2.3 Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Tujuan Penyampaiannya
Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampainnya, karangan dapat dibedakan atas 6 jenis :
a. deskripsi ( pelukisan )
b. narasi ( pengisahan )
c. eksposisi ( pemaparan )
d. argumentasi ( pembahaasan )
e. persuasi ( pengajakan )
f. campuran ( kombinasi )
Dalam prakteknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi ; sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan lain. Contoh narasi yang berdiri sendiri adalah hikayah atau kisah. Contoh karangan eksposisi yang berdiri sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan-iklan atau lembar promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan advertorial.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam karangan ilmiah banak ditemukan bentuk karangan kombinasi. Karangan ilmiah yang umumna berupa argumentasi atau eksposisi itu sering di tunjang oleh deskripsi sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tiga jenis karangan. Kondisi itu dapat diterima asalkan penulisnya memeperhatikan keharusan adanya porsi yang lebih besar ang mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan kesimpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan ( narasi, eksposisi dan persuasi ) ang sering ditemukan sebagai karangan yang utuh berdiri sendiri. Dua jenis yang lain ( deskripsi dan argumentasi ) jarang tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering merupakan bagian dari karangan lain. Karangan ilmiah pada umumnya berbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.
a. Karangan Deskripsi
Deskripsi di pungut dari bahasa inggris description ang tentu saja berubungan dengan kata kerjanya to describe ( melukiskan dengan bahsa ). Seorang guru anatomi ang piawai akan mampu mendeskripsikan bagian-bagian tubuh manusia pada murid-muridnya seingga dalam benak muridnya bagian tubuh itu tervisulisasikan seperti keadaan sebearnya. Itula sala satu contoh deskripsi.
Uraian diatas mengandung pengertian bahwa karangan deskripsi merupakan karangan ang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuak benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan asal katanya, yaitu describere ( bahasa latin ). Yang berarti “ menulis tentang, membeberkan suatu hal, melukiskan suatu hal ”.
Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan, pengamatan, dan ketelitian. Hasil pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya akan nuansa bentuk. Dengan kata lain, penulis harus sanggup mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan seingga pembaca dapat menerimanya seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pngetauan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.
b. Karangan Narasi
Karangan narasi ( berasal dari narration = bercerita ) adalah suatu bentuk tulisan ang berusaha menciptakan mengisahkan, merangkaiakan perbuatan manusia dalam sebua peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan.
c. Karangan Eksposisi
Kata eksposisi dipungut dari bahasa inggris exposition sebenarnya berasal dari kata bahasa latin ang berarti membuka atau memulai. Memang karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi, masalha yang dikomunikasikan adalah pemberitahuan atau informasi. Asil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat kita baca sehari-hari dalam media masa. Karena jenis karangannya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan.
d. Karangan Argumentasi
Tujuan utama karanagan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun idea yang logis. Karangan argumentasi memiliki cirri-ciri :
1). Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
2). Mengusahakan pemecahan suatu masalah
3). Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian
e. Karangan Persuasi
Dalam bahasa inggris kata to persuade berarti “ membujuk ” atau “ meyakinkan ”. bentuk nominalnya adalah persuation yang kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia : persuasi.
Karangan persuasi adalah karangan ang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan ang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat / gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta ang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa seingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Disamping itu, dalam menulis karangan persuasi arus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuatt terhadap emosi atau perasaan orang lain. Ditinjau dari segi pemakainnya karangan persuasi digolongkan menjadi empat macam , yaitu persuasi politik, persuasi pendidikan, persuasi advertensi, dan persuasi propaganda.
f. Karangan Campuran
Selain merupakan karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian karangan menurut kami adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teraturt tentang suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebi luas atau lebih tinggi dari alinea.
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi ats tiga jenis, yaitu karangan ilmiah, semi ilmiah / ilmiah popular, dan nonilmiah. Dan penggolongan karangan menurut cara penyajian dan tujuan penyampainnya yaitu deskripsi ( pelukisan ), narasi ( pegisahan ), eksposisi ( pemaparan ), argumentasi ( pembahasan ), persuasi ( pengajakan ), dan campuran ( kombinasi ).
0 komentar:
Posting Komentar